Advertisement
Banaspatiwatch.co.id || Mataraman -- Bulan Sya'ban yang penuh berkah kini memasuki akhir, dan masyarakat Jawa menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh sukacita melalui tradisi "megengan". Sebelum memulai ibadah puasa, "megengan" menjadi momen penting bagi keluarga dan komunitas untuk berkumpul, bermaaf-maafan, dan menikmati hidangan khas sebagai bentuk syukur atas berkah yang telah diterima selama setahun.
Megengan adalah tradisi yang biasanya dilaksanakan pada malam terakhir bulan Sya'ban, menjelang dimulainya puasa Ramadhan. Dalam acara ini, masyarakat Jawa merayakan kebersamaan dan persaudaraan dengan duduk bersama keluarga dan tetangga, saling memberi doa dan bermaafan, serta menyantap hidangan seperti nasi tumpeng atau ketupat yang melambangkan harapan agar kehidupan mereka selalu diberkahi oleh Tuhan.
Tradisi ini tidak hanya sekadar makan bersama, tetapi lebih dari itu, megengan juga merupakan cara untuk mempersiapkan diri secara spiritual dan emosional memasuki bulan suci Ramadhan. Dalam megengan, masyarakat mempererat ikatan sosial dan menjaga hubungan baik antar sesama. Di tengah kehidupan yang semakin sibuk dan modern, tradisi ini tetap menjadi cara untuk memperkuat nilai-nilai gotong royong, saling menghormati, dan menjaga keharmonisan dalam keluarga maupun masyarakat.
Sebagai bentuk pelestarian budaya, megengan juga menjadi ajang bagi generasi muda untuk mengenal lebih dalam tentang tradisi leluhur mereka. Meskipun banyak yang telah beradaptasi dengan gaya hidup modern, semangat kebersamaan yang terkandung dalam megengan tetap relevan, mengingat pentingnya saling mendukung dan menjaga hubungan baik dalam masyarakat.
Melalui tradisi ini, masyarakat Jawa tidak hanya menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan hati yang bersih, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga keharmonisan sosial, serta merayakan kebersamaan sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan dan diteruskan ke generasi berikutnya.
Penulis ; Gusti Pasopati