Iklan

Sabtu, 15 Maret 2025, 15.3.25 WIB
Last Updated 2025-03-17T02:06:09Z

Madiun, Tanah Para Raja dan Ulama: Jejak Sejarah dari Gelang-Gelang hingga Gus Dur

Advertisement

 



banaspatiwatch.co.id || Madiun -- Kabupaten Madiun memiliki sejarah panjang yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, Islamisasi, hingga lahirnya tokoh-tokoh besar seperti KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Berikut rangkaian jejak sejarahnya:


1. Jaya Katwang dan Kerajaan Gelang-Gelang


Jaya Katwang adalah raja terakhir Kerajaan Gelang-Gelang, yang diperkirakan berpusat di Dolopo, Madiun. Ia dikenal dalam sejarah karena menggulingkan Kertanegara dari Singhasari sebelum akhirnya dikalahkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit, pada tahun 1293. Setelah keruntuhannya, wilayah Gelang-Gelang tetap menjadi bagian dari perkembangan sejarah Madiun.


Menurut Mbah Gatot, juru kunci peninggalan Kerajaan Gelang-Gelang di Madiun, garis keturunan Jaya Katwang masih tersambung hingga saat ini. Beliau juga mengungkapkan adanya hubungan dengan para ulama besar dari Pesantren Tegalsari di Ponorogo, yang berperan dalam penyebaran Islam di wilayah Madiun dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan kesinambungan antara warisan kerajaan dan perkembangan keislaman di daerah tersebut.


2. Raden Ronggo dan Berdirinya Kadipaten Madiun


Setelah era Gelang-Gelang, wilayah Madiun menjadi bagian dari Kesultanan Mataram dan kemudian dibentuk sebagai Kadipaten Madiun. Adipati pertama, Raden Ronggo, dikenal sebagai penguasa yang membangun struktur pemerintahan di Madiun dan memiliki hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.


3. Ki Ageng Anom Besari di Caruban, Madiun


Ki Ageng Anom Besari adalah ulama penyebar Islam di wilayah Caruban, Madiun. Ia juga dikenal sebagai Kiai Grabahan karena menyamar sebagai pedagang gerabah dalam dakwahnya. Ki Ageng Anom Besari merupakan ayah dari Ki Ageng Muhammad Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo. Makamnya di Desa Kuncen, Kecamatan Mejayan, Madiun, menjadi salah satu destinasi wisata religi yang dihormati masyarakat.


4. Kiai Ageng Hasan Besari dan Tegalsari


Pada abad ke-18, Kiai Ageng Hasan Besari, putra dari Ki Ageng Anom Besari, mendirikan Pesantren Tegalsari di Ponorogo, yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan Islam di wilayah Madiun. Ia dikenal sebagai guru dari banyak tokoh penting, termasuk Ronggowarsito (pujangga Jawa) dan leluhur dari HOS Tjokroaminoto. Banyak keturunannya berperan dalam dakwah Islam, termasuk yang berada di Sewulan, Madiun.



5. Bagus Harun dan Sewulan sebagai Pusat Islam


Bagus Harun, yang memiliki keterkaitan dengan Kiai Hasan Besari, berperan dalam penyebaran Islam di Sewulan, Madiun. Sewulan menjadi salah satu pusat dakwah dan pendidikan Islam di Madiun, yang masih lestari hingga saat ini.


6. Kiai Ageng Basyariah, Leluhur Gus Dur di Madiun


Kiai Ageng Basyariah (RM Bagus Harun) adalah leluhur Gus Dur yang memiliki hubungan dengan Madiun. Ia merupakan bagian dari jaringan ulama yang berperan dalam Islamisasi Jawa dan memiliki garis keturunan ke Kiai Ilyas, ayah dari Nyai Nafiqah, yang menikah dengan Kiai Hasyim Asy'ari (pendiri NU dan kakek Gus Dur).


7. Gus Dur dan Warisan Sejarah Madiun


Sebagai cucu KH. Hasyim Asy’ari, Gus Dur tumbuh dalam tradisi pesantren yang memiliki akar kuat dari ulama-ulama terdahulu, termasuk yang berasal dari wilayah Madiun. Pemikiran Islam moderat yang diperjuangkannya bisa ditelusuri hingga ke warisan Kiai Hasan Besari dan Kiai Ageng Basyariah, yang menekankan toleransi dan pendidikan Islam yang inklusif.


Jalur sejarah dari Jaya Katwang hingga Gus Dur menunjukkan bagaimana Madiun berkembang dari pusat kerajaan, masuk ke era Islamisasi, hingga melahirkan pemikir dan pemimpin besar dalam sejarah Indonesia. Wilayah ini memainkan peran penting dalam penyebaran Islam melalui Tegalsari dan Sewulan, yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh yang berpengaruh hingga ke tingkat nasional.

Red : Gusti Pasopati